Dengan kecepatan
sedang,sebuah mobil Avanza berwarna hitam menemani kami menyibak jalur
yang cukup padat ke arah kota Surakarta.Sisa-sisa kegembiraan kaum
muslimin setelah berbuka puasa selepas maghrib hari itu masih nampak
hangat terasa. Malah,semakin dekat dengan lokasi rumah saya,seolah jalan
semakin menyempit karena kesibukan kaum muslimin untuk berangkat
taraweh. Namun,kecepatan mobil tetap sedang.
Hanya kami berdua di dalam
Avanza hitam itu. Saya dan seorang sopir yang “bertugas” antar jemput.
Sopir mobil ternyata bukan sembarang sopir. Sopir itu,dalam
kesehariannya,adalah kepala bidang ekonomi di BAPEDA sebuah kabupaten
yang cukup luas wilayahnya. Saya juga sempat terkejut dan berpikir,”Luar
biasa bapak ini! Mau-maunya melakukan tugas antar jemput”.
Nah,di celah-celah sempit
dari ruang waktu yang ada antara Polokarto-Sukoharjo,ada selembar
diskusi menarik antara saya dan bapak itu. Kata-kata dari bapak
itu,sangat tersusun rapi dengan nada dan intonasi yang memancarkan
ketulusan. Sampai-sampai,kata-kata tersebut mampu memecahkan kebekuan
hati.Sungguh!
“Ustadz,saya senang sekali
mendengarkan bacaan Al Qur’an. Saya dapat merasakan
keteduhan.Kadang-kadang saya menangis sendiri jika menikmati bacaan
tartil Al Qur’an. Sungguh-sungguh memberikan keteduhan!”
Kata-kata di atas kemudian
terngiang terus di telinga. Memang benar,Al Qur’an bisa memberikan
keteduhan dan ketenangan.Saya pikir,tidak semua orang telah mencapai
tingkatan seperti sang “sopir” dalam penggalan kisah di atas. Saya
yakin,belum tentu setiap orang berhasil merasakan keteduhan dengan sebab
bacaan Al Qur’an.Bagaimana dengan Anda?
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits di dalam shahihnya dari sahabat Al Bara’ bin ‘Azib;
“Malam itu ada seorang
sahabat membaca surat Al Kahfi.Di dekatnya ada seekor kuda miliknya yang
diikat dengan dua utas tali cencang.Kemudian,ada segumpal awan tipis
turun menaungi.Awan tipis itu terus berputar bergerak turun,sementara
kuda miliknya melompat-lompat seolah ingin lari.
Keesokan hari,sahabat
tersebut datang menemui nabi Muhammad dan menceritakan peristiwa
semalam.Setelah itu Rasulullah bersabda,
تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ
“Itu adalah keteduhan yang turun karena Al Qur’an”[1]
Kejadian nyata yang dialami
sahabat nabi di atas sejatinya menjadi sebuah jawaban penting untuk kita
yang selalu bertanya dan mencari-cari jawaban,”Di manakah aku bisa
hidup tenang? Ke manakah aku akan mencari sebuah keteduhan?”.
Apalagi saat kejenuhan telah
menjajah hati dan pikiran. Urusan dunia yang menumpuk laksana sebuah
menara memang tiada pernah ada akhirnya.Berkutat dan terus berkutat
dengan masalah.Walau hidup tak mungkin bebas dari masalah namun kita
pasti memiliki titik nadir dari semangat. Di situlah letak penting
sebuah keteduhan. Lalu,di manakah kita akan mendapat keteduhan?
Sabda nabi Muhammad di atas
semestinya menyadarkan kita,jika Dzat yang telah menciptakan manusia
tentu Maha Mengetahui kelemahan dan kebutuhan hamba Nya.Allah
mengetahui,dengan ilmu Nya yang sangat luas,bahwa kita pasti sering
mengalami kejenuhan dan kebosanan hidup.Kita membutuhkan ketenangan dan
keteduhan. Dan Allah telah memberikan jalan.
Membaca Al Qur’an pasti
menghadirkan ketenangan.Mendengarkan bacaan Al Qur’an tentu menaungkan
keteduhan.Percaya ataukah tidak,seperti itulah faktanya! Cobalah,tentu
Anda akan merasakannya!
Usaid bin Khudair,seorang
sahabat,pagi-pagi benar telah menemui Rasulullah.Ia menceritakan kepada
Nabi jika semalam telah melihat semacam bayangan,di dalamnya seperti
pelita-pelita bercahaya.Lalu bayangan tersebut naik membumbung tinggi ke
angkasa hingga tidak terlihat lagi.Peristiwa itu terjadi saat Usaid bin
Khudair sedang membaca Al Qur’an.
Lihatlah jawaban dan keterangan nabi Muhammad! Beliau yang berbicara atas nama wahyu langit.
تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Itu adalah para malaikat
yang turut mendengar engkau membaca Al Qur’an.Seandainya engkau terus
membaca sampai pagi,pasti orang-orang akan mampu menyaksikan
malaikat-malaikat itu.Mereka tidak akan bersembunyi dari manusia”[2]
Subhanallah!
Malaikat pun turut hadir untuk mendengarkan Al Qur’an.
Boleh-boleh saja kita
bertanya,”Tidakkah hal ini khusus untuk sahabat? Bukankah yang semacam
ini hanya ada di zaman nabi? Apa mungkin terjadi pada kita yang hidup di
akhir zaman?”.Ya,pertanyaan semacam ini wajar sekali.
Imam An Nawawi menerangkan
bahwa hadits di atas adalah dalil tentang keutamaan membaca Al
Qur’an.Qira’atul qur’an juga menjadi sebab turunnya rahmat dan hadirnya
para malaikat.
Hanya saja,apakah bacaan
kita seperti bacaan Usaid bin Khudair? Baik keindahan maupun benar
tidaknya kita mengucapkan huruf dan ayat-ayat Al Qur’an? Seandainya di
dalam membaca Al Qur’an,sudah benar dan indah bacaan kita bahkan mampu
menghayati dan meresapi setiap maknanya,barangkali kita bisa berharap.
Namun,sudah benarkah Anda dalam membaca Al Qur’an? Benar-benar indahkah bacaan Anda? Silahkan menjawab sendiri.
Bisa juga kita mengukur
kebenaran iman dari bacaan Al Qur’an.Caranya? Sangat mudah.Mampukah kita
merasakan ketenangan dan keteduhan di hati dengan membaca Al Qur’an?
Itu saja.
Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)
Maha benar firman
Allah! Tidak setitik pun ada ragu di dalam hati.Dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram.Dzikrullah banyak macam dan
bentuknya,salah satunya adalah dengan membaca Al Qur’an.Bahkan,membaca
Al Qur’an menjadi pilihan terbaik hamba untuk mengingat rabbnya.
Sedih.Di satu sisi berbahagia.
Sedih? Melihat kenyataan
saudara-saudara kita yang “salah” jalan untuk mencari ketenangan
hati.Banyak pilihan memang tapi hanya ketenangan semu.Sementara waktu
saja sifatnya.Bukannya memberi ketenangan malah justru menambah
kegelisahan.
Masih ingat dengan cerita
seorang pilot yang memakai shabu-shabu? Ternyata itu bukan cerita
baru.Para pelatih dan pendidik siswa penerbangan turut mengamini tentang
adanya kemungkinan itu terjadi.Sebab,di udara,seorang pilot pesawat
memiliki beban dan tekanan tanggung jawab yang berat.Apalagi saat
menghadapi cuaca ekstrem.Belum lagi jika memiliki masalah pribadi atau
terkait keluarga.Oleh karena itu,secara berkala selalu dilakukan tes
urine untuk para pilot pesawat.
Apa pengakuan dari pilot
yang menggunakan shabu-shabu itu? Ingin mencari ketenangan,biar teduh
hatinya.Sayang,salah jalan.
Bukan hanya pilot! Anak-anak
muda sampai para pejabat,ada bahkan banyak di antara mereka yang
memilih obat-obatan penenang untuk sekadar “terbang”,melupakan
masalah.Namun,itukah jalan keluarnya? Tidak! Sekali lagi,mereka salah
jalan.Astaghfirullah
Pernah mendengar aksi bunuh
diri? Sering.Ada yang akhirnya “berhasil” melakukan bunuh diri,ada juga
yang gagal.Ada yang mengaku sendiri,entah melalui surat yang
ditinggalkan atau melalui sms,juga ada yang berdasarkan penuturan teman
dan kerabat.Kira-kira hampir semua beralasan ingin mengusir
kegalauan,ingin mengakhiri penderitaan.Agar lebih tenang.
Dusta! Itu bohong
belaka.Agama tidak mengajarkan demikian.Agama membimbing dan mengarahkan
kita untuk tegar dan tabah di dalam menjalani semua masalah dan
problem.Bukan dengan jalan “pintas” menyesatkan ; bunuh diri.
Untuk mencari ketenangan
hati dan keteduhan jiwa serta pikiran,ada jalannya.Ingat-ingatlah Allah!
Dekatkan diri kepada Nya! Bacalah firman-firman Nya! Anda pasti akan
tenang.
Di sisi yang lain,ada rasa bahagia.
Sebab,kini kita sama-sama
tahu jika dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al Qur’an,hati pasti
akan tenang dan jiwa pun tenteram.
Sekarang,bersiap-siaplah
untuk memasuki dan menikmati sebuah ruang yang beralaskan dan
berdindingkan ketenangan! Baca dan dengarkanlah Al Qur’an!
1 comments:
Bismillah. Afwan Tadz, mungkin antum lupa menulis shalawat setelah nama Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Post a Comment