Setelah kita mengetahui
bagaimana berakhlaq yang baik terhadap Sang Khaliq, sekarang kita akan
beralih ke pembahasan bagaimana berakhlaq baik kepada sesama makhluq.
Para ulama, di antaranya Al
Hasan Al Bashri mengatakan bahwa akhlaq yang baik terhadap mahluk
berputar pada tiga perkara pula, yaitu:
كَفُّ اْلأَذَى ، وَبَذْلُ النَّدَى، وَطَلاَقَةُ الْوَجْهِ
1. Menahan dari gangguan (Kafful Adzzaa)
2. Suka membantu (Badzlun Nada)
3. Wajah yang berseri (Thalaqatul Wajh)
Pertama: Menahan dari gangguan (Kafful Adzzaa)
Maknanya adalah bahwa
seseorang menahan dirinya dari mengganggu orang lain, baik itu gangguan
yang berhubungan dengan harta, jiwa, maupun kehormatan. Orang yang tidak
bisa menahan dirinya dari mengganggu orang lain, maka ia tidak
mempunyai akhlaq yang baik, dan ia berakhlaq jelek. Ketika berlangsungnya Haji Wa’da (Haji Perpisahan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sejumlah besar umat beliau,
فَإِنَّ
دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ
كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وفِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah
kalian, harta kalian serta kehormatan kalian haram atas kalian
sebagaimana keharaman hari kalian ini, pada bulan kalian ini, di negeri
kalian ini.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Jika seseorang berbuat aniaya
kepada manusia dengan melakukan pengkhianatan, atau berbuat aniaya
dengan memukul, dan kejahatan, atau berbuat aniaya kepada manusia dalam
kehormatannya, atau mencela, atau ghibah, maka hal ini tidak termasuk
berakhlaq baik kepada manusia, karena ia tidak menahan diri dari
mengganggu orang lain. Dan dosanya semakin besar manakala perbuatan
aniaya itu dilakukan kepada seseorang yang mempunyai hak paling besar
dari Anda.
Misalnya jika seseorang
berbuat jahat kepada kedua orangtua, maka dosanya lebih besar, dan akan
lebih besar daripada dosa perbuatan jahat kepada selain mereka.
Perbuatan jahat kepada karib kerabat lebih besar dosanya daripada dosa
perbuatan jahat kepada orang yang lebih jauh hubungan kekerabatannya.
Perbuatan jahat kepada tetangga lebih besar dosanya dari perbuatan jahat
kepada selain tetangga. Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
وَاللهِ لاَ يُؤْمِن، وَاللهِ لاَ يُؤْمِن ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِن
“Demi Allah, tidaklah beriman! Demi Allah, tidaklah beriman! Demi Allah, tidaklah beriman!”
Para sahabat bertanya, “Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بِوَائِقِهِ
“Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”.
2. Suka Membantu/Dermawan (Badzlun Nada)
Makna “Badzlun Nada” adalah
bersikap dermawan dan suka membantu. Kedermawanan di sini tidaklah
seperti yang dipahami oleh sebagian orang bahwa terbatas pada harta
saja. Tapi yang dimaksud kedermawanan di sini adalah mendermakan jiwa,
kedudukan, dan harta. Jika kita melihat seseorang memenuhi kebutuhan
manusia, membantu mereka, menyebarkan ilmu di antara manusia,
mendermakan hartanya kepada manusia, maka kita pun akan mensifati orang
tersebut sebagai orang yang berakhlaq baik, karena ia adalah seorang
yang dermawan dan suka menolong. Oleh karena itu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Bertaqwalah kepada Allah
di manapun engkau berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan
baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan perbuatan jelek. Dan
bergaul-lah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad, At
Tirmidzi dan Ad Darimi)
Dan termasuk dalam sifat ini
adalah jika Anda dianiaya atau dipergauli dengan perbuatan buruk, maka
Anda pun memberi maaf. Sungguh Allah telah memuji orang-orang yang
memaafkan kesalahan manusia, Allah berfirman tentang penghuni surga,
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran:134)
Allah ta’ala berfirman,
وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan jika kalian memaafkan maka itu lebih dekat kepada takwa.” (Al Baqarah: 237)
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.” (An Nur: 22)
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah” (Asy Syuura: 40)
Dalam berhubungan dengan
sesama manusia, seseorang pasti akan mengalami suatu gangguan. Maka
dalam menghadapi menghadapi seperti ini, hendaknya dia memaafkan dan
berlapang dada. Dan hendaknya ia berkeyakinan kuat bahwa sikap pemaaf
dan lapang dada serta berharap untuk mendapatkan balasan kebaikan kelak
di akhirat bisa merubah permusuhan antara dia dengan saudaranya menjadi
kasih sayang dan persaudaraan.
Allah ta’ala berfirman,
وَلا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman setia.” (Al Fushilat: 34)
Ketiga: Wajah yang Berseri (Thalaqatul Wajh)
Yaitu seseorang selalu berwajah ceria, tidak bermuka masam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا تَحْقِرنَّ مِنَ المَعرُوفِ شَيئاً وَلَوْ أنْ تَلقَى أخَاكَ بِوَجْهٍ طَليقٍ
“Janganlah meremehkan
sesuatu kebaikan sekecil apapun, walaupun engkau berjumpa dengan
saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu
pernah ditanya tentang apa itu kebaikan. Beliau menjawab, “Kebaikan itu
adalah wajah yang ceria dan lisan yang lembut.”
Berwajah ceria akan memasukkan
kegembiraan pada manusia, mendatangkan rasa kasih sayang dan cinta,
mendatangkan kelapangan dalam hati, bahkan mendatangkan rasa lapang dada
bagi Anda sendiri dan orang-orang yang Anda temui. Sebaliknya, jika
Anda bermuka masam, maka manusia akan menjauh dari diri Anda. Mereka
tidak akan suka untuk duduk bersama dan bicara dengan Anda. Dan bisa
jadi karena ini Anda ditimpa stress dan tekanan jiwa. Wajah yang ceria
dan berseri adalah obat yang mencegah dari penyakit stress atau tekanan
jiwa.
Tahukah Anda kalau para dokter
menasehati orang yang ditimpa penyakit stress untuk untuk menjauhi dari
perkara-perkara yang bisa memicu amarah, karena amarah hanya akan
menambah tekanan jiwanya? Sebaliknya wajah yang ceria akan mengobati
penyakit ini, karena orang-orang di sekitar Anda akan mencintai Anda dan
Anda menjadi mulia di sisi mereka. Ini adalah tiga landasan akhlaq
mulia, di mana pada tiga hal inilah berkisar sikap berakhlaq baik dalam
bermuamalah dengan mahluk yaitu:
1. Menahan dari gangguan (Kafful Adzzaa)
2. Suka membantu (Badzlun Nada)
3. Wajah yang berseri (Thalaqatul Wajh)
Semoga bisa bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab. (bersambung)
0 comments:
Post a Comment