Ahad, 27 Juni 2010, kategori Fiqih
Penulis: Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata:
Ilmu, Ketakwaan, dan Petunjuk Akan Apa Yang Diperselisihkan Berupa Kebenaran Dengan Seizin Allah
Harus bagi seorang muslim -terutama ketika terjadi fitnah yang membinasakan- memiliki ilmu yang bermanfaat yang akan menunjukinya, ketakwaan yang akan menjaganya, dan berusaha memilih al-haq yang akan menolongnya dan mencukupinya. Dan kami akan menyebutkan bagi masing-masing dari tiga perkara ini keterangan ringkas yang menjelaskannya.
Adapun ilmu:
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah baginya kebaikan maka Allah akan berikan pemahaman terhadap agama ini.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhary no. 71 dan Muslim no. 1037 dari Mu’awiyah -radhiyallahu ‘anhu-.
Ingatlah, bahwa termasuk sebaik-baik pemahaman terhadap agama ini adalah pemahaman yang benar ketika terjadi fitnah.
Adapun ketakwaan:
Allah telah berfirman,
يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, Allah akan menjdikan bagi kalian pembeda, dan akan menghapus dari kalian kesalahan-kesalahan kalian, dan akan mengampuni kalian. Dan Allah adalah pemilik keutamaan yang besar.” (Al-Anfal: 29)
Ibnul Mubarak meriwayatkan dalam kitabnya “Az-Zuhd” no. 1343 dan Al-Baihaqy dalam “Az-Zuhd” no. 965 dengan sanad yang shahih dari Bakr berkata: “Ketika terjadi fitnahnya Ibnu Asy’ats berkatalah Thalq: “Hindarilah fitnah tersebut dengan ketakwaan!” Bakr berkata: “Terangkan makna takwa kepada kami!” Dia berkata: “Ketakwaan adalah beramal ketaatan kepada Allah Ta’ala di atas cahaya Allah dan mengharap rahmat Allah, dan takwa adalah meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya Allah karena takut hukuman Allah.”.
Adapun usaha selalu memilih al-haq:
Imam Muslim meriwayatkan no. 770 dari Abu Salamah berkata:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَفْتَتِحُ صَلاَتَهُ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ قَالَتْ كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ « اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ »
“Aku bertanya kepada ‘Aisyah Ummul Mukminin -radhiyallahu ‘anha- dengan apakah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengawali shalatnya ketika shalat malam?” Dia berkata: “Beliau jika berdiri shalat malam, mengawali shalatnya dengan: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil Yang menciptakan langit dan bumi, Yang mengetahui hal yang ghaib dan yang terlihat. Engkaulah yang menghukumi antara hamba-hambamu dalam apa yang mereka perselisihkan, tunjukilah aku kepada kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjuki orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.”
Tidak ada yang mencelakakanmu wahai muslim jika engkau mengadu kepada Allah Ta’ala sebanyak mungkin agar Allah Ta’ala menunukimu kepada al-haq akan apa yang mereka perselisihkan dengan izin-Nya.
Diterjemahkan oleh:
‘Umar Al-Indunisy
Darul Hadits - Ma’bar, Yaman
0 comments:
Post a Comment